Kasus
anjlok nya KA Commuter line
Kenaikan
harga tiket KA Prameks, dari Rp 7.000 menjadi Rp 8.000 berkaitan
dengan tingginya biaya operasional dan perawatan, juga untuk
meningkatkan pendapatan.
"Kenaikan harga
tiket tentu diimbangi dengan peningkatan pelayanan, misalnya lebih
tepat waktu. Ada semacam tanggung jawab lebih dari kami," ujar
Eko Budiyanto, Kepala Humas PT KA Daerah Operasi VI . Contohnya
adalah kasus kecelakaan anjloknya krl commutterline di cilebut,
bogor. Jakarta
Kemenhub mengendus sejumlah kejanggalan dalam anjloknya kereta
rel listrik (KRL) Commuter Line jurusan Bogor-Jakarta di Stasiun
Cilebut, Bogor, Jabar. Apakah ada sabotase di balik kecelakaan
tersebut?
"Memang ada hal-hal yang janggal dalam musibah itu, terkait prasarana. Tapi kami belum bisa menyampaikan apa itu, karena penyelidikan masih dilakukan," ujar Kepala Puskom Publik Kementerian Perhubungan, Bambang S Ervan, saat dihubungi detikcom, Kamis (4/10/2012).
Aktivis KRL Mania, Nurcahyo, meminta pemerintah terbuka dalam menjelaskan penyebab kecelakaan tersebut, apakah karena sabotase atau murni musibah. "Perlu evaluasi dan penyelidikan menyeluruh. PT KAI harus menjelaskan ini penyebabnya apa, apakah ada sabotase atau kekalalaian agar tidak terulang lagi," harapnya.
Ketimbang berspekulasi, Kemenhub lebih memilih menyerahkan penyelidikan musibah itu ke pihak-pihak yang berwenang. "Biar diinvestigasi. Saya tidak mau berspekulasi, ini sabotase atau murni kecelakaan," ucap Bambang.
Menurutnya, Ditjen Keselamatan Kereta Api bersama dengan PT KAI akan turun bersama melakukan penyelidikan. Jika diperlukan, polisi akan digandeng untuk membantu penyelidikan.
"Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) dari PT KA saat ini juga sudah di lokasi untuk melakukan investigasi," imbuh Bambang.
Dia menjelaskan rel di sekitar Stasiun Cilebut tidak ada yang rusak akibat kecelakaan KRL tersebut. Apalagi selama ini rel dirawat dan dijaga. Dibutuhkan waktu sekitar 8 jam untuk mengevakuasi KRL nahas itu.
"Karena harus menggeser listrik aliran atas untuk mengangkat KRL dan karena peron rusak. Kereta naik di atas peron jadi perlu waktu," terang Bambang
"Memang ada hal-hal yang janggal dalam musibah itu, terkait prasarana. Tapi kami belum bisa menyampaikan apa itu, karena penyelidikan masih dilakukan," ujar Kepala Puskom Publik Kementerian Perhubungan, Bambang S Ervan, saat dihubungi detikcom, Kamis (4/10/2012).
Aktivis KRL Mania, Nurcahyo, meminta pemerintah terbuka dalam menjelaskan penyebab kecelakaan tersebut, apakah karena sabotase atau murni musibah. "Perlu evaluasi dan penyelidikan menyeluruh. PT KAI harus menjelaskan ini penyebabnya apa, apakah ada sabotase atau kekalalaian agar tidak terulang lagi," harapnya.
Ketimbang berspekulasi, Kemenhub lebih memilih menyerahkan penyelidikan musibah itu ke pihak-pihak yang berwenang. "Biar diinvestigasi. Saya tidak mau berspekulasi, ini sabotase atau murni kecelakaan," ucap Bambang.
Menurutnya, Ditjen Keselamatan Kereta Api bersama dengan PT KAI akan turun bersama melakukan penyelidikan. Jika diperlukan, polisi akan digandeng untuk membantu penyelidikan.
"Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) dari PT KA saat ini juga sudah di lokasi untuk melakukan investigasi," imbuh Bambang.
Dia menjelaskan rel di sekitar Stasiun Cilebut tidak ada yang rusak akibat kecelakaan KRL tersebut. Apalagi selama ini rel dirawat dan dijaga. Dibutuhkan waktu sekitar 8 jam untuk mengevakuasi KRL nahas itu.
"Karena harus menggeser listrik aliran atas untuk mengangkat KRL dan karena peron rusak. Kereta naik di atas peron jadi perlu waktu," terang Bambang