Senin, 22 Oktober 2012


TEORI JURNAL I





1. Faktor likuiditas

Faktor likuiditas merupakan faktor pertama yang mendapat perhatian. Karena kondisi bank bisa sangat dipengaruhi tingkat kepercayaan masyarakat. Sehingga posisi likuiditas sangat perlu dijaga dan dipelihara. Posisi likuiditas dapat melalui rasio-rasio dibawah ini :

  • Reserve Requirement (RR) merupakan salah satu prinsip yang mengatur mengenai ketentuan giro wajib minimum. Berdasarkan Surat Edaran bank Indonesia Nomor 23/17/BPPP tanggal 28 Februari 1992, besarnya RR adalah 2%. Besarnya RR tersebut mengalami beberapa kali perubahan dan sejak tahun 1997 hingga sekarang bearnya RR menjadi 5%. Nilai RR diperoleh dari hasil pembagian antara total likuid dengan total dana pihak ketiga.
  • Non Performing Loan (NPL) merupakan alat ukur mengenai tingkat kredit yang bermasalah. Mulhadi (2005:18), BIS (Bassel International Standar) mengatur mengenai aturan NPL, yaitu 5% yang harus dipenuhi bank-bank sebelum tahun 2001. Semakin besar rasio ini, maka semakin besar tingkat kredit bermasalah. Nilai rasio ini diperoleh dari hasil pembagian kredit bermasalah dengan total kredit yang diberikan.
  • Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK) merupakan salah satu prinsip kehatihatian yang mengatur mengenai batas maksimum pemberian kredit baik kepada pemegang saham maupun kepada masyarakat pada umumnya. Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK) yaitu 10 persen untuk pihak terkait dan 20 persen dari modal untuk pihak tidak terkait. Hal ini termaktub dalam pasal 11 ayat 1, 2, 3 dan 4 UU Nomor 10 tahun 1998 mengenai perbankan.


2. Modal

Modal merupakan faktor yang penting bagi bank dalam rangka pengembangan usaha yang sehat dan dapat menampung resiko kerugian. Secara teknis, kewajiban penyediaan modal minimum diukur dengan CAR. Capital adequency Ratio (CAR) merupakan salah satu prinsip yang mengatur mengenai kecukupan modal yang harus ditaati oleh bank. Menurut Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 3/21/2001 tanggal 13 Desember 2001, mewajibkan bank-bank di Indonesia untuk mempertahankan rasio kewajiban penyediaan modal minimum atau CAR sebesar 8%. Nilai CAR diperoleh dari pembagian antara modal bank ddengan aktiva tertimbang menurut resiko.



3. Kualitas Aset

Rentabilitas asset memiliki konsekuensi akan adanya kewajiban bank untuk menyediakan cadangan, sehingga tidak membahayakan eksistansinya (Ketut Rindjin:2000, 127). Dalam penelitian Payamta dan Machfoedz dalam symposium Nasional Akuntansi oleh Aryati dan Manao tahun 2002 dalam Liasari (2006) aspek kualitas aset tidak menggunakan pola yang ditetapkan BI tetapi diproksikan dengan RORA (Return On Risk Asset). RORA merupakan rasio antara laba sebelum pajak dengan risk asset. RORA mengukur kemampuan bank dalam memaksimalkan aktiva yang dimilkinya untuk memperoleh laba.



4. Rentabilitas

Indikator untuk pencapaian rentabilitas atau efisiensi adalah Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE) dan Net Interest Margin (NIM). Menurut Ketut Rindjin (2000,127), “Namun, Bank Indonesia lebih melihat pada ROA, karena ROA mengukur kemampuan bank dalam memperoleh keuntungan melalui pengoptimalkan asset yang dimiliki. “Return On Asset (ROA) merupakan alat ukur mengenai kemampuan dalam menghasilkan laba atau keuntungan. Pengukuran ini adalah melalui asset yang dananya sebagian besar dari masyarakat. ROA diharapkan selalu besar angka rasionya. Nilai rasio ini diperoleh dari hasil bagi antara laba setelah laba sebelum pajak dengan total aktiva. Laba sebelum pajak yang digunakan merupakan aturan dari Bank Indonesia sesuai SE/No.6/DPNP/ tanggal 31 mei 2004.



5. Manajemen

Indikator manajemen mencakup komponen manajemen likuiditas, manajemen kualitas aktiva, manajemen umum, manajemen rentabilitas dan manajemen permodalan. Selain itu berdasarkan ketentuan SK bersama Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Indonesia No.52/KMK.017/1999 dan No. 31/11/KEP/GBI tanggal 8 Februari 1999, yang isinya antara lain sebagai berikut. Pertama, ketentuan penilaian pemenuhan fit and proper test dari pemegang saham, dewan komisaris dan direksi BU. Kedua, penilaian terhadap pemegang saham yang memiliki lebih besar dari 25% atau dapat dibuktikan menjadi pemegang saham pengendali berkenaan dengan pemenuhan komitmen tertulis kepada BI, masalah integritas, campur tangan dan dalam operasional bank. (Ketut Rindjin : 2000,128). Dalam penelitian Payamta dan Machfoedz dalam symposium Nasional Akuntansi oleh Aryati dan Manao tahun 2002 dalam Liasari (2006) aspek manajemen tidak menggunakan pola yang ditetapkan BI tetapi diproksikan dengan NPM (Net Profit Margin). NPM merupakan rasio yang menggambarkan tingkat keuntungan (laba) yang diperoleh bank dibandingkan dengan pendapatan yang diterima dari kegiatan operasionalnya.



KERANGKA JURNAL



Dalam penelitian ini yang pertama dilakukan adalah evaluasi kepatuhan Bank Mandiri terhadap peraturan prudential banking yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia terkait standar penilaian yang diterapkan yang didalam penelitian ini diwakilkan oleh substansi dari prudential banking, yaitu CAR, RR, NPL, BMPK, ROA dan NPM yang juga merupakan perhitungan data / variabel. Namun, dalam variabel BMPK tidak dimasukkan dalam pengujian karena data BMPK bertipe string yang hanya berupa pernyataan dalam laporan keuangan.



HIPOTESA JURNAL



Analisis dan Pembahasan Uji Hipotesis

Tabel 1

Uji t



Model
T
Sig.
Keterangan


(Constant)
33,2
0

1
CAR
-4,3
O,oo1
Signifikan

NPL
-2,74
O,o15
Signifikan

Sumber: data diolah 2009



Tabel 2

Uji F



Model
Sum of squares
Df
Mean of Squares
F
Sig.
Regresion
85418
2
42709
25692
.000
Residual
24935
15
1662


Total
110353
17



R Square (R2) = 0,774






Sumber: data diolah 2009



Dari hasil penelitian (dapat dilihat pada lampiran) diketahui nilai koefisien determinasi (r2) sebesar 0,774% artinya 77,4% variabel terikat (Proporsi Penyaluran Kredit) dapat dijelaskan oleh variabel bebas (Capital Adequacy Ratio dan Non Performing Loan), sedangkan sisanya (100% - 77,4% = 22,6%) dijelaskan oleh variabel lain.







TEORI JURNAL II



Koefisien korelasi antara variabel ROI dan dividen kas adalah 0,537 terdapat hubungan yang positif atau searah. Koefisien korelasi antara variabel cash ratio dan dividen kas adalah -0,240 terdapat hubungan yang negatif atau tidak searah. Koefisien korelasi antara variabel current ratio dan dividen kas adalah -0,216 terdapat hubungan yang negatif atau tidak searah. Koefisien korelasi antara variabel EPS dan dividen kas adalah 0,715 terdapat hubungan yang positif atau searah. Koefisien korelasi antara variabel DPR dan dividen kas adalah 0,882 terdapat hubungan yang positif atau searah. Dari analisis di atas diketahui bahwa dividen kas mempunyai hubungan yang positif dengan variabel EPS dan DPR.

Tingkat signifikansi koefisien korelasi yang berada dibawah 0,05 maka korelasi antara variabel- variabel tersebut sangat nyata. Tingkat signifikansi koefisien korelasi ROI terhadap dividen kas adalah 0,022 berarti korelasi antarvariabel tersebut nyata. Tingkat signifikansi koefisien korelasi cash ratio terhadap dividen kas adalah 0,337 berarti korelasi antar variabel tersebut tidak nyata. Tingkat signifikansi koefisien korelasi current ratio terhadap dividen kas adalah 0,390 berarti korelasi antar variabel tersebut tidak nyata. Tingkat signifikansi koefisien korelasi EPS terhadap dividen kas adalah 0,001 berarti korelasi antar variabel tersebut sangat nyata. Tingkat signifikansi koefisien korelasi DPR terhadap dividen kas adalah 0,000 atau mendekati nol berarti korelasi antarvariabel tersebut sangat nyata. Dari analisis di atas disimpulkan variabel yang mempunyai korelasi sangat nyata, yaitu EPS dan DPR. Dari pengolahan data tersebut dapat disimpulkan bahwaDari pengolahan terhadap data diketahui bahwa Terdapat hubungan yang negatif antara Return on Investment, cash ratio, dan current ratio dengan dividen kas.

Terdapat hubungan yang positif antara Earning Per Share dan Dividend Payout Ratio dengan dividen kas.

Sehingga hipotesis 1(H1) : ada hubungan antara Return On Investment, Cash Ratio, Current Ratio, Earning per Share, dan Dividend Payout Ratio dengan Cash Dividend dapat diterima.



KERANGKA JURNAL



Secara parsial, masing-masing variabel bebas mempengaruhi variabel terikat tidak secara bersama-sama, sehingga menghasilkan rumusan sebagai berikut:


Y = a + b1 x1 + b2 x2 + b3 x3 + b4 x4 + b5 x5

Dimana bila terjadi kenaikan ROI maka dividen kas akan mengalami kenaikan. Bila terjadi kenaikan cash ratio maka akan terjadi kenaikan dividen kas. Demikian juga dengan current ratio, Earning Per Share, dan Dividend Payout Ratio bila mengalami kenaikan akan menaikan dividen kas. Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut, penulis dapat menyusun hipotesis sebagai berikut:

H1 : “Ada hubungan antara Return On Investment, Cash Ratio, Current Ratio, Earning per Share, dan Dividend Payout Ratio dengan Cash Dividend

H2 : “Ada pengaruh yang signifikan antara Return On Investment, Cash Ratio, Current Ratio, Earning per Share, dan Dividend Payout Ratio terhadap Cash Dividend”







HIPOTESA



a. Analisis Regresi Berganda

Data F hitung



F hitung
signifikan / alfa
51,376
0



Data di atas menunjukan kelima faktor (Variabel bebas) secara bersama-sama berpengaruh sangat signifikan terhadap dividen kas. Karena nilai signifikan F = 0.000 kurang dari nilai α, yaitu 0.050 (5%).



Data konstanta dan koefisien regresi



Variabel
Instandardized Koefisien
bas
Beta
constanta
40,132
ROI
632
cash ratio
274
Current ratio
283
EPS
19
DPR
563



Rumus regresi berganda



Y = -440,132 + 51,632 x1 – 8,274 x2 + 0,283 x3 + 0,190 x4 + 28,563 x5



Nilai konstanta sebesar -440,132 berarti apabila Y = 0, dividen kas akan sebesar - 440,132. Apabila ROI naik sebesar 1 mengakibatkan kenaikan variabel dividen kas (Y) yang dibayarkan sebesar 54,632. Bila terjadi kenaikan cash ratio sebesar 1 mengakibatkan penurunan variabel dividen (Y) sebesar 8,274. bila terjadi kenaikan current ratio sebesar 1 maka akan terjadi kenaikan dividen sebesar 0,283. begitu juga bila terjadi kenaikan EPS dan DPR sebesar 1 maka akan terjadi kenaikan dividen sebesar 0,190 dan 28,563. Dari rumus tersebut diketahui bahwa cash ratio berpengaruh negatif terhadap dividen kas (bila terjadi kenaikan cash ratio maka akan diikuti penurunan dividen kas) ini berarti rumus awal yang menyatakan cash ratio berpengaruh positif terhadap dividen kas tidak tepat.



Determinasi (R2)



model
R
R Square
Adjusted R square
1
0,977
0,955
0,937



terikat lebih dari 2 variabel. Nilai adjusted R square adalah sebesar 0,955 atau 95%, artinya variabel ROI, Cash ratio, Current Ratio, EPS, dan DPR dapat menjelaskan perubahan tingkat perubahan dividen kas sebesar 95%, sedangkan 5% dijelaskan oleh variabel lain.

b. Uji F

Hipotesis:

Ho : tidak ada pengaruh antara DPR, EPS, ROI, Cash Ratio dan Current Ratio terhadap Dividen Kas

Ha : ada pengaruh antara DPR, EPS, ROI, Cash Ratio dan Current Ratio terhadap Dividen Kas.



F hitung
signifikan / alfa
51,376
0



Dari data di atas diketahui bahwa F hitung sebesar 51,376 dan signifikan sebesar 0,000 (sig F < 0,05), dapat disimpulkan karena nilai signifikan F dalam perhitungan kurang dari 0,05, maka ho ditolak ini berarti ada pengaruh yang signifikan antara DPR, EPS, ROI, Cash Ratio dan Current Ratio terhadap Cash dividend.

  1. Uji T



Variabel
t hitung
Signifikan
ROI
1,746
0,106
cash ratio
-1,663
0,122
Current ratio
0,608
0,554
EPS
3,63
0,003
DPR
8,281
0






    Berdasarkan data di atas diketahui bahwa terdapat dua variabel bebas yang mempengaruhi variabel terikat dengan signifikan kurang dari 5%. Variabel tersebut adalah EPS dengan signifikan 0,003 dan DPR dengan signifikan sebesar 0,000. Dari kedua variabel tersebut diketahui bahwa variabel DPR yang berpengaruh paling besar hal ini dilihat dari nilai t hitung yang terbesar, yaitu sebesar 8,281. Jadi, H2 : Ada pengaruh yang signifikan antara Return On Investment, Cash Ratio, Current Ratio, Earning per Share, dan Dividend Payout Ratio terhadap Cash Dividend tidak dapat diterima (H2 ditolak).